Santiamer Silalahi : Menjadi Bermartabat oleh Penghinaan

Lagi, Lesson learned dari penganiayaan terhadap rasul Kristus. Berkali-kali pemberitaan berita baik (Injil Kristus) di Indonesia berada dalam titik kritis. Jika saja pemberitaan injil dapat dihentikan oleh pelarangan paksa ibadah, penistaan agama, penutupan dan pengrusakan rumah ibadah, ancaman memakai golok, penghinaan menjadikan isteri kelima (poligami), penahanan oleh karena memberi saran mengecilkan Toa Masjid, pemukulan-pemukulan yang biadab, dll tindakan main hakim sendiri, maka gereja (dalam arti yang luas) akan segera lenyap dari Indonesia,
sebab “benih [kerajaan] itu ialah firman Allah” (Lukas 8:11).

Jika saja para rasul itu seperti kebanyakan para gembala dan jemaat gereja-gereja di Indonesia yang penakut dan lebih suka tinggal dalam zona nyaman, ayat berikutnya kemungkinan akan terbaca: “Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan menangis, karena mereka telah diperlakukan dengan buruk” atau “Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan mengeluh, karena merasa betapa beratnya menjadi pengikut Kristus. Sebaliknya, “Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus.” (Kisah Pra Rasul 5:41).

Dari perspektif manusia kini, adalah hal yang kontradiktif atas kenyataan bahwa ketika dibebaskan mereka (para rasul Kristus) pergi diliputi perasaan “gembira karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus,” akan menjadi luar biasa sekali, seandainya tidak ditulis mengenai orang-orang seperti ini.

Bahkan sebagaimana adanya kasus ini, kasus ini merupakan fakta yang lebih mengejutkan ketimbang mujizat mana saja yang dikatakan telah dilakukan oleh mereka; khususnya bila kita mempertimbangkan bahwa kasus ini merupakan pengalaman mereka pertama kali dicambuk. Amplified Bible memperluas perkataan “dianggap layak” menjadi bahwa mereka “menjadi bermartabat oleh penghinaan.”

Seyogianya pengajar dan pengikut sejati ajaran-ajaran Kristus tidak perlu merasa terkejut atau merasa aneh atas
perlakuan orang, sekelompok orang, organisasi kemasyarakatan berbasis agama yang songong di Indonesia, sebab Yesus telah mengingatkan siapa saja pengikut-Nya, bahwa mereka akan disiksa (Matius 10:17; Markus 13:9).

See also  Santiamer Silalahi : Sisi Positif dan Negatif Politik Identitas

Selanjutnya, Ia telah memberi mereka tantangan ini dalam Khotbah di Bukit: “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Matius 5:10-12).

Bagi kita semua, pelajaran yang paling sulit untuk dipelajari adalah bersukacita dalam penganiayaan. Bagi Petrus, yang memiliki naluri dasar balas memukul apabila diserang, pelajaran ini luar biasa sulitnya (Matius 26:51). Bagaimanapun, melalui pengaruh Yesus, Petrus -mestinya juga bagi semua pengikut Kristus jaman now – telah menimba pelajarannya. Belakangan ia menulis kepada yang lainnya yang juga menderita karena iman mereka: “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu … seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.

Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau, atau koruptor (Koruptor tambahan penulis). Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu (1 Petrus 4:12-16).

Banyak dari kita yang mengetahui jauh lebih banyak tentang penderitaan menjadi orang Kristen ketimbang yang akan pernah sebagian pengikut Kristus alami. Mereka belum pernah diperintahkan berhenti berkhotbat oleh para pimpinan orgainsasi kemasyarakatan dan/atau pemerintah; kehidupan dan mata pencaharian mereka belum pernah
terancam karena pengajaran dan iman mereka. Namun demikian, tetap saja ada pelajaran untuk kita semua di sini—bahkan untuk mereka yang hidup dalam kebebasan beragama..

See also  Toleransi Beragama di Indonesia: Perspektif Ganjar Pranowo

Sebagai ilustrasi : bayangkanlah bahwa setiap orang Kristen dibekali seratus juta rupiah yang harus ia belanjakan dalam penderitaan. Beberapa orang Kristen dipanggil untuk menyerahkan seluruh uang itu sekaligus—yaitu ketika mereka harus mengorbankan nyawa mereka untuk kepentingan Kristus. Bagaimanapun, kebanyakan dari kita hanya menyerahkan sepuluh ribu rupiah (misalnya) sekali, tetapi karena berulang-ulang maka semuanya akan menjadi ribuan kali.

Kita protes ketika nama Kristus dihujat, dan yang menghujat itu malah memarahi kita. Itu merupakan penderitaan yang bernilai sepuluh ribu. Kita bangkit membela orang yang sedang difitnah, tetapi orang banyak memusuhi kita. Itu juga senilai sepuluh ribu rupiah. Ketika kita menolak berhubungan dengan ketidaksopanan dan ketidakjujuran orang- orang di sekitar kita, kita ditertawai dan kita membelanjakan sepuluh ribu rupiah lagi. Kita dicemooh dan dihina sok suci karena kita setuju koruptor dihukum mati, kita membelanjakan sepuluh ribu rupiah lagi. Hadehhh…………..

Pada akhirnya, semuanya berjumlah sama dengan hal ini: “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (2 Timotius 3:12). Terlepas dari ukuran paket penderitaan yang datang menerpa, kita tetap perlu belajar, seperti yang dilakukan oleh para rasul Kristus, untuk bergembira sebab kita sudah “dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus”!

Walaupun para penguasa itu telah menetapkan peraturan: “melarang mereka mengajar dalam nama Yesus”! Lagi-lagi, para rasul lebih mentaati Allah ketimbang manusia: “Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias” (Kisah Para Rasul 5:42). Siksaan tidak dapat menghentikan pengajaran mereka; kesakitan tidak dapat menghentikan pemberitaan mereka; ancaman Sidang juga tidak dapat menghentikan kesaksian mereka. Mereka terus menerus menceritakan kabar kesukaan tentang Yesus!

See also  Santiamer Silalahi : Hubungan Orang Kristen dengan Pemerintah

Pertanyaan yang menggoda adalah Apa tindakan kita kepada orang-orang yang melakukan pelarangan paksa ibadah, penutupan tempat ibadah, dll tindakan yang mengganggu pekerjaan pemberitaan Injil Kristus? Apakah dibiarkan begitu saja dengan mengatakan : ‘Sudahlah kita doakan saja” Sudahlah yang penting ijin sudah diberikan. Mengenai jemaat lain, gereja lain, rumah doa lain yang dianiaya? Oh itu bukan urusan kita. Urus diri sendiri saja. Kita harus berani mengambil sikap yang tegas dalam koridor : “kita tetap menghormati dan taat kepada penyelenggara negara/pemerintah, tetapi manakala perintah mereka bertentangan dengan perintah Kristus, kita melawan ! Kita mutlak memilih lebih taat kepada Kristus apa pun risikonya.

Sikap kita kepada oknum, sekelompok masyarakat, pemimpin organisasi kemasyarakatan, yang melakukan pelarangan paksa ibadah, menutup rumah ibadah, melakukan teror, adalah melaporkan mereka kepada aparat penegak hukum supaya ditindak dengan tegas sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Kasih dan pengampunan tidak meniadakan hukuman atas perbuatan melanggar hukum. Ingatlah Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) bukan negara kekuasaan (machtsstaat); Indonesia adalah negara Pancasila bukan negara agama, juga bukan negara sekuler. Indonesia adalah negara bangsa (nation state) bukan negara ummah.

Jakarta, 20 September 2023.

*)Santiamer Silalahi, C.Me : Pemerhati dan Pelaku Adat Budaya, Keagamaan dan Politik di Indonesia. Ketua Umum Galaruwa, 2022-2028; Sekretaris Jenderal KERMAHUDATARA, 2023- 2028; Ketua bidang Kajian Strategis dan Hubungan Kelembagaan Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, 2023-2028

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *